BUAH KAN JATUH KE PANGKALNYA JUA, meski terkesan melankolis, namun begitulah kenyataannya.
Inilah yang dirasakan oleh seorang Dedi Joharlis, meskipun menyandang titel sarjana dari Universitas Widya Mataram Yogyakarta, namun kemampuannya untuk pekerjaan las listrik tak luntur sama sekali.
”Tak mungkin saya lupa tentang pekerjaan ngelas itu, orang tua saya mewarisi Bengkel Las Situpo untuk dibesarkan,” ucapnya serius.
Apa yang disebutkannya, tentu bukan tanpa alasan sama sekali. Sebab, Bengkel Las Situpo telah ada dan dirintis orang tuanya jauh sebelum dia lahir.
”Meski menguasai seluk beluk ekonomi manajemen, sesungguhnya saya tetaplah anak seorang tukang las dan pastinya ilmu itu tetap ada walaupun saya pelajari secara otodidak,” ucapnya.
Menurut ayah empat anak ini, banyak hal yang dipelajarinya dari pekerjaan las tersebut yang sangat cocok diterapkan dalam dunia ekonomi.
”Diantaranya adalah ketelitian, keakuratan, kesabaran dan ingin selalu memberikan hasil terbaik,” ucapnya serius.
Mamajemen tukang las, adalah sebutan yang selalu disuarakan Dedi dalam melaksanakan tugas sebagai seorang managerial.
Pernah lama di dunia perbankan, dunia EO, kegiatan kegiatan sosial dan lain sebagainya, hal yang didapatkannya dari dunia las tersebut tetap jadi acuan.
”Karena darah tukang las telah merasuki jiwa saja, tentunya filosofi itu juga saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya mengakhiri. (***)