TRIBUNRAKYAT.ID- Dulu, saya kuliah tahun 1998 di FEUI, biaya kuliah hanya Rp 500.000 per semester. Jaman itu, biaya nge-kost kamar standar sekitar Rp 150.000 s/d Rp 200.000. Artinya, biaya kuliah hanyalah 3x dari biaya nge-kost sebulan. Dulu, mau kamu di FEUI, FISIP, Teknik, Kedokteran, sama semua, Rp 500.000.
Lantas bagaimana masuk FEUI dulu?
Hanya ada 2 cara.
1. Lewat jalur prestasi, alias anak2 pintar (yg betulan pintar, punya prestasi), ini kursinya hanya 5-10%
2. Sisanya 90-05% jalur UMPTN. Seluruh Indonesia di test. Serempak. Yang nilai tinggi masuk. Yang rendah, mohon maaf, coba lagi. Itu test seperti perang hidup mati. Tapi memang penting sekali.
Fair. Jelas. Transparan. Akuntabel. Dan Murah!
Hari ini, berapa biaya kuliah kalian? Wah wah, crazy. Belum lagi, Kedokteran, dan fakultas2 top, bisa ratusan juta per semester.
Mau dibawa kemana sih pendidikan tinggi Indonesia ini?
Dulu, kampus-kampus Indonesia itu masih masuk ranking2 lumayan di dunia. Orang-orang dari Malaysia, kuliah di sini. Sekarang? Cek sendiri datanya. Kita itu sudah lama ditinggal kampus-kampus Malaysia, Thailand. Sekarang malah Filipina nyalip. Jangan tanya Singapura, Australia, ngimpi buat dikejar.
Ayolah, pejabat2 di negeri ini lihat tidak fakta2 ini? Sudah mahal, ranking internasionalnya turun. Juga orang tua yg dulu kuliah tahun 90-an, kalian masih ingat tidak. Betapa simpelnya kuliah dulu? Yg pintar-pintar bisa kuliah. Sekarang? Yg punya jalur dalam, punya duit, baru bisa kuliah. Ambyar.
Apa yg menyebabkan semuanya? Sederhana sekali. Sejak kampus-kampus mulai menggila seleksi mandiri, bikin fakultas cabang dimanalah, komersialisasi pendidikan dimana2. Kamu tahu persis loh masalahnya. Mau ngeles, mau membantah, faktanya, setiap mahasiswa sekarang di-tag, oh kamu bayar sekian, kamu bayar sekian. Punya duit banyak? Silahkan lewat jalur nyuap.
Jadi, 2024 nanti, apakah ada yg mau benar2 memperbaiki kualitas pendidikan tinggi di Indonesia ini? Bukan cuma retorika. 20 tahun terakhir kita itu mundur. Ampun dah! Belum lagi bicara kualitas lulusan. Izinkan saya bertanya: anak lulus S1 sekarang bisa apa? Kualitas tulisannya bagaimana? Jangankan bikin essay selevel koran2 nasional, nulis skripsi, tugas kuliah saja begitulah.
Lagi2, kalian orang tua, ingat tidak tahun 90-an? 80-an? Saat Jokowi, Anies, Sri Mulyani, Ganjar, dll dulu kuliah. Mahal tidak? Kok sekarang jadi begini?
Seharusnya kita itu melesat maju soal pendidikan ini. Kampus2 di Indonesia masuk top 50 ranking dunia. Biaya kuliah terjangkau. Kualitas pendidikan merata dan meroket serempak.
Hari ini, pendidikan di Indonesia hanya disibukkan drama zonasi, skandal jalur orang dalam, suap menyuap. Memang masih ada anak2 yg pintar, genius, berprestasi. Masih banyak. Tapi kita sedang bicara puluhan juta anak2 kita. Bukan cuma ngomongin 1000-2000 orang.
Kalian, yg orang tuanya dulu kuliah murah meriah di kampus2 negeri, hari gini, coba bercermin, kalian bisa tidak menyekolahkan anak2nya di kampus-kamous tersebut dengan biaya per semester puluhan juta? Anaknya pengin masuk FK kampus negeri, diminta ratusan juta per semester, bisa?
Dulu, orang tua kita bisa loh. Masa’ 20 tahun berlalu, giliran kita, duh akhirnya anak-anak dikuliahkan saja di tempat-tempat yanvg murah. Indonesia itu betulan maju atau tidak kalau sudah begini?
Lama-lama hanya keluarga berduit saja yang bisa mengakses pendidikan top. Yang miskin (tapi pintar), harus berjuang lebih berat dibanding era 90-an dulu.
Silahkan bantah tulisan sy ini. Pakai data, logika, argumen yg setara.